Hai teman-teman! Selamat datang di artikelku yang kedua. Kali ini aku akan berbagi kisah dan pengalamanku lagi seperti sebelumnya. Blog ku ini jadi terkesan seperti diary ku ya...^-^ Ok, selamat membaca...
KISAH PENUH
CERITA DI BULAN RAMADHAN
Oleh: Eka Retno
Diana Putri
Pada hari Jumat
tanggal 10 Juni 2016 aku, Vina, Tiyo, Orion dan Radian pergi ke rumah Prie GS
di Semarang. Siapakah Prie GS itu? Aku memang tidak begitu tahu atau kenal
dengan seseorang itu. Tapi, pastinya aku akan segera tahu siapa dia. Sebenarnya
aku tidak tahu akan melakukan apa disana. Kata Bu Dwi, kami akan memperkenalkan
Omah Dongeng Marwah. Tentu saja dalam benakku kami akan disuruh mendongeng.
Namanya saja Omah Dongeng, tentunya identik dengan dongeng dan mendongeng. Tapi
aku tidak ambil pusing, yang penting aku siap saja jika disuruh untuk
mendongeng.
Hari yang ditunggu
pun tiba. Sebelumnya kami berkumpul di Omah Dongeng Marwah. Setelah selesai
shalat Jumat kami memulai perjalanan. Kami kesana menaiki sebuah mobil dengan
didampingi oleh Pak Edy dan Mas Ryo. Di perjalanan Tiyo, Orion dan Radian yang
duduk dibelakang asyik bercanda dan mengobrol. Sedang aku dan Vina yang duduk
didepan hanya duduk manis dan diam. Tetapi bukan berarti kami sedang marah atau
bermusuhan. Kami ini teman baik. Aku memang pendiam, jadi tak banyak bicara.
Kasihan sekali Vina duduk disampingku. Jadinya ia tak punya kawan yang bisa
diajak bercanda. Vina yang bukan tipe orang pendiam waktu itu berubah menjadi
pendiam. Mungkin ini memang sudah nasibnya.
Ketika sampai
di Semarang, jalanan yang agak macet dibanjiri oleh air. Air tersebut berasal
dari luapan air laut yang sedang pasang. Saat itu juga Pak Edy bercerita
sedikit tentang banjir dan Semarang. Kata Pak Edy, setiap tahun banjir di
Semarang semakin tinggi. Sedikit demi sedikit rumah-rumah warga mulai terendam.
Oleh karena itu, rumah-rumah warga dibangun seperti rumah panggung agar tidak
terendam oleh banjir. Lanjut Pak Edy juga suatu saat nanti Semarang akan tiada.
Kenapa? Karena suatu saat nanti Semarang akan terendam dan digenangi air sampai
tidak tampak tanah sedikit pun. Wilayah Semarang akan menjadi lautan. Jadi,
kami masih beruntung bisa datang ke Semarang dan mengunjunginya sebelum Semarang benar-benar tiada.
Kami masih kebingungan mencari rumah Prie GS.
Kami terus berputar-putar dan berkeliling. Aku dan Vina pun dibuat pusing oleh
jalanan hingga akhirnya kami mabuk perjalanan. Masih menggunakan GPS dan Google
Maps pun belum juga kami menemukannya. Malah kami salah jalan. Kesana kemari
dan mencari malah tertipu oleh GPS. Malangnya nasib kami mendapatkan alamat
palsu. Tetapi diperjalanan itu juga kami terus tertawa karena Tiyo dan Orion.
“ Wah…frestea…”
ujar Orion ketika melihat iklan minuman kemasan botol di jalan.
“ Frestea lagi,
Kak!” sahut Tiyo ketika melihat iklan frestea lagi.
Diperjalanan
kami banyak melihat iklan frestea. Kami pun menjadi merasa semakin haus melihat
gambar frestea yang tampak segar.
“ Pengen
minum…, freshcare!” ujar Tiyo yang merasa haus.
“ Hahaha…” kami
pun tertawa bersama.
“ Ayam goreng
Bu Suharti!” sahut Orion ketika melihat iklan sebuah restoran ayam goreng.
“ Duh, makin
haus dan lapar nih!” ujarnya lagi.
“ Lunpia tahu
baso!” sahut Vina dan Orion bersamaan.
Begitu
seterusnya mereka menyebutkan nama-nama iklan makanan dan minuman yang
terpasang dijalan. Soto ayam, es buah hingga iklan tambal ban dan cuci motor
pun mereka sebutkan.
“ Lihat itu!
Semangka. Lihat tulisannya, semangka tanpa beli!” ujar Tiyo.
“ Bukan! Lihat
baik-baik, semangka tanpa biji dibilang semangka tanpa beli!” sahut Vina.
Kami terus
tertawa bersama hingga akhirnya kami menemukan rumah Prie GS. Akhirnya kami
merasa lega sudah menemukan rumah Prie GS. Kami pun segera keluar dari mobil
sambil menghirup udara segar. Tempat tinggal Prie GS memang cukup teduh dan
udaranya juga sejuk. Ternyata disana sudah ada rombongan Pak Hasan. Kami pun
segera masuk kedalam. Ketika masuk, kami pun disambut dengan kicauan beberapa
burung peliharan milik Prie GS yang ada
di halaman rumahnya. Kami semua duduk santai beralaskan karpet dihalaman rumah
Prie GS yang tidak terlalu luas itu. Ketika itu kami bersalaman dengan Pak
Hasan. Kemudian Pak Hasan menyuruh kami bersalaman dengan seorang lelaki
berbaju putih dan berkumis yang sudah tidak
muda lagi usianya. Kami pun bersalaman dengannya.
“ Anak-anak,
jadi inilah Prie GS itu. Jika kalian menonton
Metro TV dan melihat beliau ini, inilah Prie GS.” jelas Pak Hasan.
Ternyata beliau
adalah seorang budayawan. Saat ini beliau disibukkan dengan kegiatannya mengisi
acara sahur pada bulan Ramadhan di Metro TV. Kemudian Pak Hasan memperkenalkan
kami kepada Prie GS satu persatu.
“ Nah, ini
namanya Vina. Saat pembelajaran di Omah Dongeng, dialah yang berani maju nomor
satu!” ujar Pak Hasan.
“ Coba nak
tunjukkan bakatmu!” sahut Prie GS.
Lalu kami menunjukkan bakat masing-masing. Pertama,
Pak Hasan menyuruh Vina untuk mendongeng. Dengan sigap ia langsung berdiri.
Namun ia bingung akan mendongeng tentang apa karena tidak ada satu dongeng pun
yang ia hafal. Akhirnya dengan gembira ia bercerita tentang perjalanan kami
menuju rumah Prie GS. Kami semua tertawa terbahak-bahak mendengarkan cerita
yang disampaikan Vina.
“ Kami terus
berputar. Kesana lalu kemari, lalu kesini, lalu kesana lagi. Entah yang salah
GPS nya atau sopirnya!” ujar Vina dalam ceritanya.
Kami merasa
sangat terhibur dengan cerita Vina. Setelah perjalanan yang cukup melelahkan
akhirnya kami bisa ceria dan semangat kembali.
“ Yang ini
namanya Eka. Dia sangat suka mendongeng.”
Dalam hatiku pun
aku berpikir pasti aku disuruh mendongeng. Benar saja, Pak Hasan kemudian
menyuruhku maju kedepan. Kukira cukup satu saja yang bercerita, namun semua
juga kebagian. Tapi, aku tidak merasa gugup atau takut. Sejak aku mengikuti
lomba story telling mewakili sekolah, aku menjadi lebih berani dan penuh percaya diri jika menghadap orang banyak. Padahal dulunya aku adalah seorang
yang pendiam dan pemalu. Namun, sekarang sifat malu itu sudah berkurang. Aku
selalu siap dan berani jika ingin maju.
Langsung saja aku maju kedepan dan menunjukkan bakatku. Dongengku kali ini
berbeda dengan Vina. Jika Vina menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia,
aku menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris. Disana aku menampilkan sebuah
cerita berbahasa Inggris atau yang biasa disebut Story telling yang berjudul
‘Landi’.
“ Good
afternoon ladies and gentlemen! In this lovely afternoon I’d like to deliver
you a story about Landi. There was a porcupine named Landi…..” aku mulai
bercerita.
Setelah
selesai, aku berpikir apakah mereka semua paham dengan ceritaku? Tapi
sepertinya mereka mengerti sedikit tentang ceritaku sehingga aku tidak perlu
susah payah menerjemahkannya. Yang penting mereka terhibur. Setelah itu Pak
Hasan memperkenalkan yang lain.
“ Kalau ini
namanya Tiyo. Dia jago stand up comedy! Dia ini pelawak.” Jelas Pak Hasan.
“ Memang kamu
lucu ya? Kok jadi pelawak!” tanya Prie GS pada Tiyo.
“ Hehe…bukan,
Pak. Itu hanya sekadar hobi!” jawab Tiyo.
“ Ya sudah, ayo
tunjukkan bakatmu! Kamu mau stand up ya boleh.” Pinta Prie GS.
“ Tidak, Pak.
Saya mau berpuisi.” Sahut Tiyo.
“ Ya sudah,
silahkan.” Jawab Prie GS.
Kemudian Tiyo
membacakan salah satu puisi karya WS. Rendra yang berjudul ‘ Gugur’.
Dengan penuh penjiwaaan dan penghayatan ia membacakan salah satu puisi karya
penyair yang legendaris itu.
“ Gugur…karya
WS. Rendra…” Tiyo mulai berpuisi.
Kami sangat
terharu dengan puisi dibawakan oleh Tiyo. Puisi yang penuh dengan isi dan
semangat cinta tanah air. Karena Prie GS mersasa kagum dengan penampilan Tiyo,
beliau memintanya untuk membacakan satu puisi lagi yang ia ketahui. Puisi
tersebut menjadi semakin menarik dengan lantunan piano yang dimainkan oleh Prie
GS. Denting piano dan puisi itu
terdengar harmonis dan pas. Aku pun sampai terdiam mendengarkannya. Setelah
itu, kami kembali berbincang lagi.
“ Jujur,
sebelumnya saya belum pernah mengiringi puisi yang seperti ini!” kata Prie GS.
Kemudian Pak
Hasan memperkenalkan Orion dan Radian.
“ Yang ini
namanya Orion. Dia sangat jago menggambar.” Jelas Pak Hasan.
“ Coba Nak,
kamu buat sketsa apa saja! Silahkan kamu mau buat dimana saja, yang penting
kamu nyaman.” Pinta Prie GS.
Selagi kami
berbincang, Orion pun mulai menggambar.
“ Yang ini
Radian. Orion dan Radian ini kakak adik.” Lanjut Pak Hasan.
“ Kamu bisa
apa, Nak?” tanya Prie GS pada Radian.
Radian hanya
tersenyum manis. Kemudian Pak Edy pun menunjukkan sebuah kertas HVS putih
kepada Prie GS. Kertas itu berisi gambar kapal terbang karya Radian sendiri.
Radian memang sangat suka menggambar kapal terbang. Di perjalanan, ketika kami
melihat pesawat melintas dilangit Radian tampak senang dan gembira. Tiap kali
melihat pesawat ia langsung bersemangat. Mungkin ia bercita-cita suatu saat
nanti ia bisa naik kapal terbang.
“ Ya, baiklah.
Nanti akan saya komentari hasil karyamu. Ini akan saya simpan dulu.” Kata Prie
GS lalu melanjutkan perbincangan.
Setelah Orion
selesai menggambar, Prie GS berbincang satu per satu dengan kami. Setelah itu
kami pun berfoto bersama. Kemudian kami pulang dan bersalaman. Tetapi, kami
tidak langsung pulang. Karena sudah hampir waktunya berbuka puasa kami singgah
ke sebuah restoran disana. Kami memesan banyak menu makanan. Ketika masuk kami
lalu mengambil gelas dan mengisinya dengan teh. Awalnya kami ingin es teh
manis, namun hanya tinggal teh tawar. Mau tidak mau kami pun mengisi gelas kami
dengan teh tawar. Lalu kami kembali ke tempat duduk masing-masing. Tinggal
beberapa menit lagi waku buka puasa tiba. Aku dan Vina pun iseng memfoto Tiyo,
Orion dan Radian. Hasil fotonya lucu dan tersimpan di HP ku. Namun, kami pun
ketahuan hingga akhirnya Orion membalas memfoto kami. Akhirnya tiba saat
berbuka puasa. Semua pelayan restoran tampak sibuk melayani para pengunjung. Kemudian
kami berdoa bersama. Makanan kami pun tiba selagi kami menyeruput teh tawar
dingin yang kami ambil tadi. Namanya saja tawar, jadi tak ada rasanya. Aku
sampai tak mampu menghabiskannya dan tidak ingin meminumnya. Namun aku ingat,
bagaimanapun juga itu adalah minuman yang tidak boleh dihina. Kita harus
mensyukuri semua nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT. Belum
kami makan, tibalah seorang pelayan membawa beberapa gelas teh dingin di
nampannya menghampiri meja kami. Setelah semua mendapat satu per satu, langsung
saja aku menyeruput es the milikku. Namun, rasanya agak masam. Aku dan Tiyo pun
mulai bercanda.
“ Wah,
jangan-jangan ini teh basi!” kata Tiyo padaku.
“ Bukan,
mungkin ini teh fermentasi…” kataku.
Kami hanya
bercanda. Sebenarnya itu adalah lemon tea. Jadi pantas saja jika rasanya agak
masam seperti lemon. Lalu kami lanjut menikmati hidangan yang disajikan. Karena
banyak, aku jadi bingung ambil yang mana.
“ Aku pilih
yang mana ya? Ah, pilih yang ini, ini dan itu saja!” pikirku.
Lalu aku
mengambil tumis kangkung, tahu goreng dan tahu jepang. Kami semua mulai melahap
makanan masing-masing. Rasanya enak sekali apalagi jika dibayarkan. Selesai
itu, kami mencuci tangan. Ada kejadian lucu saat itu yang dialami Tiyo dan
Orion. Saat mereka ingin mencuci tangan di wastafle, yang keluar bukanlah air,
malah pasir. Akhirnya mereka memutuskan intukmencuci tangan di kamar mandi.
Sampai di kamar mandi mereka pun menunggu di depan pintu kamar yang tertutup
itu. Mereka sudah lama menunggu namun orang yang ada didalam kamar mandi itu
tak kunjung keluar juga. Datanglah seorang ibu menghampiri mereka.
“ Masuk saja,
Nak! Tidak apa, ada banyak kok!” kata ibu itu.
Mereka pun
jelas bingung bagaimana mereka akan masuk jika orang yang ada dalam kamar mandi
itu tak keluar juga. Mereka pun memutuskan untuk masuk kedalam. Dan ternyata
didalam ruang itu terdapat banyak kamar mandi. Sangat rugi mereka
membuang-buang waktu berdiri didepan kamar mandi hingga mereka hampir
tertinggal oleh kami. Sampai di parkiran mobil , mereka menceritakan kejadian
itu padaku dan Vina. Kami pun tertawa bersama. Lalu kami bersalaman dengan Pak
Hasan dan berterima kasih atas menu berbuka tadi. Kemudian kami masuk kedalam
mobil dan melanjutkan perjalanan pulang. Sama seperti saat tiba di Semarang,
jalanan masih dibanjiri oleh air. Namun kami berhasil melewati banjir itu. Diperjalanan
kami asyik memutar lagu dangdut. Kami bernyanyi bersama, bercanda besama dan
bercerita bersama. Lama-kelamaan aku dan Vina mulai lelah sehingga kami
memutuskan untuk tidur. Tiyo dan Orion masih saja bernyanyi. Radian yang
tadinya duduk dibelakang pindah kedepan duduk disampingku. Ia pun tertidur.
Jadi, kami bertiga tidur. Mereka berdua yang duduk dibelakang lama-kelamaan
mulai berhenti dan diam. Orion pun tertidur. Namun Tiyo belum tidur dan tak
mengantuk juga. Ketika sampai di Kudus aku sempat terbangun karena Tiyo.
“ Yeee….sampai
di Kudus!” teriak Tiyo.
Aku lalu
membuka mataku dan bangun. Pundak kanan dan kiriku terasa pegal karena
disandari oleh Vina dan Radian yang duduk disampingku. Aku takut membangunkan
mereka karena mereka tampak tertidur pulas. Sampai di alun-alun simpang 7 Kudus
kami berhenti dan parkir di komplek Taman Bojana dekat alun-alun. Pak Edy
kemudian keluar mobil dan pergi. Entah kemana Pak Edy pergi. Vina dan Radian
pun bangun.
“ Kita sampai
mana?” tanya Vina sambil membuka matanya.
“ Sudah sampai
di Kudus. Ini di Taman Bojana!” jawabku.
“ Lho! Pak Edy
kemana? Pak Edy menghilang!” tanya Vina lagi padaku.
“ Nggak tau,
tadi pergi keluar.” Jawabku pada Vina.
Akhirnya kami
keluar dari mobil dan duduk di emperan ATM dibelakang mobil yang kami parkir.setelah
lama menunggu Pak Edy tak kunjung kembali. Orion dan Tiyo sempat berpikir untuk
mencari Pak Edy. Tiyo pun bertanya pada Pak Sopir.
“ Pak, Pak Edy
kemana ya?” tanya Tiyo pada Pak Sopir
yang masih didalam mobil.
“ Nggak tau,
katanya pergi sebentar.” Jawab Pak Sopir.
“ Kita cari Pak
Edy yuk!” ajak Orion.
“ Aku takutnya
kalau kita cari Pak Edy, nanti Pak Edy udah sampai sini terus gantian cari kita
gimana?” seru Tiyo.
“ Iya juga
sih!” jawabku, Vina dan Orion.
“ Duh, haus
nih…beli minum yuk!” ajak Orion lagi.
“ Sama…aku juga
haus. Beli yuk!” seru Vina.
Aku, Tiyo dan
Radian pun ikut merasa haus.
“ Gini lho! Aku
itu takut kalau Pak Edy datang terus bawa minuman buat kita. Kan mubazir…”
jelas Tiyo.
“ Iya ya…”
jawabku, Vina dan Orion lagi.
Karena lama
menunggu akhirnya kami memutuskan untuk membeli minum didekat parkir mobil
tadi. Kami pun membeli minuman botol di sebuah toko. Saat itu Vina ingin
membayarkan minuman kmai semua. Namun, uang yang dibawa Vina masih kurang untuk
membayarkan semua minuman kami.
“ Eh, uangnya
kurang nih! Bentar ya aku ambil dulu di mobil…” ujar Vina lalu berlari menuju
parkir mobil yang letaknya tidak terlalu jauh dari toko tersebut.
“ Eh Vina!
Nggak usah, ini ada uangnya!” teriak Orion yang tak terdengar oleh Vina.
“ Ya udah
biarin aja Vina. Nanti kalau dia kembali bilang aja minumannya udah dibayar
kita!” ajak Orion yang ingin mengerjai Vina.
“ Haha… iya
Kak, kita kerjain dia!” seru Tiyo.
Benar, Vina
kembali dari parkiran mobil membawa uang yang tadi diambilnya.
“ Ini Kak,
uangnya!” seru Vina.
“ Udah di
bayar! Kamu telat!” jawab Orion.
“ Hah…terus ini
gimana?” ujar Vina.
“ Udah, simpan
lagi uangnya!” jawab Orion.
Kami kembali ke
parkiran dan minum minuman kami masing-masing. Tak lama kemudian Pak Edy
kembali sambil membawa beberapa plastik putih berisikan makanan dalam kotak.
Kami semua masuk kedalam mobil dan melanjutkan perjalanan.
Kami diantarkan
kerumah masing-masing. Karena rumahku dan rumah Tiyo berdekatan, kami pun
berhenti didepan rumah Tiyo. Pak Edy membagikan kami satu per satu bungkusan
plastik itu dan kami bawa pulang. Kami bersalaman dengan Pak Edy dan pulang
kerumah masing-masing. Lalu Pak Edy melanjutkan mengantarkan Vina.
Sampai dirumah
aku disambut oleh ibuku. Saat itu sudah jam 10 malam. Jadi, adik-adikku sudah
tidur. Aku bersalaman dengan ibuku dan ibu bertanya apa isi bungkusan yang
kubawa itu. Aku pun membuka isi bungkusan plastik itu. Ternyata isinya adalah
martabak coklat. Itu adalah salah satu kue kesukaanku. Kami berdua pun
mencicipinya. Dan rasanya pun enak. Lagi-lagi enak karena gratis tak usah
bayar. Hari itu hari yang sangat menyenangkan. Bisa berbuka bersama dan
bergembira dengan teman-teman Omah Dongeng Marwah. Pengalaman yang tak
terlupakan bersama Omah Dongeng Marwah.
Terima kasih sudah membaca karangan di atas. Untuk perbaikan saya minta agar teman-teman dapat memberikan kritik dan saran. Sekian dan terima kasih. Sampai jumpa di artikel selanjutnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar