Minggu, 12 Maret 2017

KISAH PENUH CERITA DI BULAN RAMADHAN



Hai teman-teman! Selamat datang di artikelku yang kedua. Kali ini aku akan berbagi kisah dan pengalamanku lagi seperti sebelumnya. Blog ku ini jadi terkesan seperti diary ku ya...^-^ Ok, selamat membaca...
KISAH PENUH CERITA DI BULAN RAMADHAN
Oleh: Eka Retno Diana Putri
            Pada hari Jumat tanggal 10 Juni 2016 aku, Vina, Tiyo, Orion dan Radian pergi ke rumah Prie GS di Semarang. Siapakah Prie GS itu? Aku memang tidak begitu tahu atau kenal dengan seseorang itu. Tapi, pastinya aku akan segera tahu siapa dia. Sebenarnya aku tidak tahu akan melakukan apa disana. Kata Bu Dwi, kami akan memperkenalkan Omah Dongeng Marwah. Tentu saja dalam benakku kami akan disuruh mendongeng. Namanya saja Omah Dongeng, tentunya identik dengan dongeng dan mendongeng. Tapi aku tidak ambil pusing, yang penting aku siap saja jika disuruh untuk mendongeng.
            Hari yang ditunggu pun tiba. Sebelumnya kami berkumpul di Omah Dongeng Marwah. Setelah selesai shalat Jumat kami memulai perjalanan. Kami kesana menaiki sebuah mobil dengan didampingi oleh Pak Edy dan Mas Ryo. Di perjalanan Tiyo, Orion dan Radian yang duduk dibelakang asyik bercanda dan mengobrol. Sedang aku dan Vina yang duduk didepan hanya duduk manis dan diam. Tetapi bukan berarti kami sedang marah atau bermusuhan. Kami ini teman baik. Aku memang pendiam, jadi tak banyak bicara. Kasihan sekali Vina duduk disampingku. Jadinya ia tak punya kawan yang bisa diajak bercanda. Vina yang bukan tipe orang pendiam waktu itu berubah menjadi pendiam. Mungkin ini memang sudah nasibnya.
Ketika sampai di Semarang, jalanan yang agak macet dibanjiri oleh air. Air tersebut berasal dari luapan air laut yang sedang pasang. Saat itu juga Pak Edy bercerita sedikit tentang banjir dan Semarang. Kata Pak Edy, setiap tahun banjir di Semarang semakin tinggi. Sedikit demi sedikit rumah-rumah warga mulai terendam. Oleh karena itu, rumah-rumah warga dibangun seperti rumah panggung agar tidak terendam oleh banjir. Lanjut Pak Edy juga suatu saat nanti Semarang akan tiada. Kenapa? Karena suatu saat nanti Semarang akan terendam dan digenangi air sampai tidak tampak tanah sedikit pun. Wilayah Semarang akan menjadi lautan. Jadi, kami masih beruntung bisa datang ke Semarang dan mengunjunginya  sebelum Semarang benar-benar tiada.
 Kami masih kebingungan mencari rumah Prie GS. Kami terus berputar-putar dan berkeliling. Aku dan Vina pun dibuat pusing oleh jalanan hingga akhirnya kami mabuk perjalanan. Masih menggunakan GPS dan Google Maps pun belum juga kami menemukannya. Malah kami salah jalan. Kesana kemari dan mencari malah tertipu oleh GPS. Malangnya nasib kami mendapatkan alamat palsu. Tetapi diperjalanan itu juga kami terus tertawa karena Tiyo dan Orion.
“ Wah…frestea…” ujar Orion ketika melihat iklan minuman kemasan botol di jalan.
“ Frestea lagi, Kak!” sahut Tiyo ketika melihat iklan frestea lagi.
Diperjalanan kami banyak melihat iklan frestea. Kami pun menjadi merasa semakin haus melihat gambar frestea yang tampak segar.
“ Pengen minum…, freshcare!” ujar Tiyo yang merasa haus.
“ Hahaha…” kami pun tertawa bersama.
“ Ayam goreng Bu Suharti!” sahut Orion ketika melihat iklan sebuah restoran ayam goreng.
“ Duh, makin haus dan lapar nih!” ujarnya lagi.
“ Lunpia tahu baso!” sahut Vina dan Orion bersamaan.
Begitu seterusnya mereka menyebutkan nama-nama iklan makanan dan minuman yang terpasang dijalan. Soto ayam, es buah hingga iklan tambal ban dan cuci motor pun mereka sebutkan.
“ Lihat itu! Semangka. Lihat tulisannya, semangka tanpa beli!” ujar Tiyo.
“ Bukan! Lihat baik-baik, semangka tanpa biji dibilang semangka tanpa beli!” sahut Vina.
Kami terus tertawa bersama hingga akhirnya kami menemukan rumah Prie GS. Akhirnya kami merasa lega sudah menemukan rumah Prie GS. Kami pun segera keluar dari mobil sambil menghirup udara segar. Tempat tinggal Prie GS memang cukup teduh dan udaranya juga sejuk. Ternyata disana sudah ada rombongan Pak Hasan. Kami pun segera masuk kedalam. Ketika masuk, kami pun disambut dengan kicauan beberapa burung  peliharan milik Prie GS yang ada di halaman rumahnya. Kami semua duduk santai beralaskan karpet dihalaman rumah Prie GS yang tidak terlalu luas itu. Ketika itu kami bersalaman dengan Pak Hasan. Kemudian Pak Hasan menyuruh kami bersalaman dengan seorang lelaki berbaju putih dan berkumis  yang sudah tidak muda lagi usianya. Kami pun bersalaman dengannya.
“ Anak-anak, jadi inilah Prie GS itu. Jika kalian menonton  Metro TV dan melihat beliau ini, inilah Prie GS.” jelas Pak Hasan.
Ternyata beliau adalah seorang budayawan. Saat ini beliau disibukkan dengan kegiatannya mengisi acara sahur pada bulan Ramadhan di Metro TV. Kemudian Pak Hasan memperkenalkan kami kepada Prie GS satu persatu.
“ Nah, ini namanya Vina. Saat pembelajaran di Omah Dongeng, dialah yang berani maju nomor satu!” ujar Pak Hasan.
“ Coba nak tunjukkan bakatmu!” sahut Prie GS.
Lalu  kami menunjukkan bakat masing-masing. Pertama, Pak Hasan menyuruh Vina untuk mendongeng. Dengan sigap ia langsung berdiri. Namun ia bingung akan mendongeng tentang apa karena tidak ada satu dongeng pun yang ia hafal. Akhirnya dengan gembira ia bercerita tentang perjalanan kami menuju rumah Prie GS. Kami semua tertawa terbahak-bahak mendengarkan cerita yang disampaikan Vina.
“ Kami terus berputar. Kesana lalu kemari, lalu kesini, lalu kesana lagi. Entah yang salah GPS nya atau sopirnya!” ujar Vina dalam ceritanya.
Kami merasa sangat terhibur dengan cerita Vina. Setelah perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya kami bisa ceria dan semangat kembali.
“ Yang ini namanya Eka. Dia sangat suka mendongeng.”
Dalam hatiku pun aku berpikir pasti aku disuruh mendongeng. Benar saja, Pak Hasan kemudian menyuruhku maju kedepan. Kukira cukup satu saja yang bercerita, namun semua juga kebagian. Tapi, aku tidak merasa gugup atau takut. Sejak aku mengikuti lomba story telling mewakili sekolah, aku menjadi lebih berani dan penuh  percaya diri jika menghadap orang  banyak. Padahal dulunya aku adalah seorang yang pendiam dan pemalu. Namun, sekarang sifat malu itu sudah berkurang. Aku selalu siap dan berani  jika ingin maju. Langsung saja aku maju kedepan dan menunjukkan bakatku. Dongengku kali ini berbeda dengan Vina. Jika Vina menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia, aku menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris. Disana aku menampilkan sebuah cerita berbahasa Inggris atau yang biasa disebut Story telling  yang berjudul  ‘Landi’.
“ Good afternoon ladies and gentlemen! In this lovely afternoon I’d like to deliver you a story about Landi. There was a porcupine named Landi…..” aku mulai bercerita.
Setelah selesai, aku berpikir apakah mereka semua paham dengan ceritaku? Tapi sepertinya mereka mengerti sedikit tentang ceritaku sehingga aku tidak perlu susah payah menerjemahkannya. Yang penting mereka terhibur. Setelah itu Pak Hasan memperkenalkan yang lain.
“ Kalau ini namanya Tiyo. Dia jago stand up comedy! Dia ini pelawak.” Jelas Pak Hasan.
“ Memang kamu lucu ya? Kok jadi pelawak!” tanya Prie GS pada Tiyo.
“ Hehe…bukan, Pak. Itu hanya sekadar hobi!” jawab Tiyo.
“ Ya sudah, ayo tunjukkan bakatmu! Kamu mau stand up ya boleh.” Pinta Prie GS.
“ Tidak, Pak. Saya mau berpuisi.” Sahut Tiyo.
“ Ya sudah, silahkan.” Jawab Prie GS.
Kemudian Tiyo membacakan salah satu puisi karya WS. Rendra yang berjudul ‘ Gugur’. Dengan penuh penjiwaaan dan penghayatan ia membacakan salah satu puisi karya penyair yang legendaris itu.
“ Gugur…karya WS. Rendra…” Tiyo mulai berpuisi.
Kami sangat terharu dengan puisi dibawakan oleh Tiyo. Puisi yang penuh dengan isi dan semangat cinta tanah air. Karena Prie GS mersasa kagum dengan penampilan Tiyo, beliau memintanya untuk membacakan satu puisi lagi yang ia ketahui. Puisi tersebut menjadi semakin menarik dengan lantunan piano yang dimainkan oleh Prie GS.  Denting piano dan puisi itu terdengar harmonis dan pas. Aku pun sampai terdiam mendengarkannya. Setelah itu, kami kembali berbincang lagi.
“ Jujur, sebelumnya saya belum pernah mengiringi puisi yang seperti ini!” kata Prie GS.
Kemudian Pak Hasan memperkenalkan Orion dan Radian.
“ Yang ini namanya Orion. Dia sangat jago menggambar.” Jelas Pak Hasan.
“ Coba Nak, kamu buat sketsa apa saja! Silahkan kamu mau buat dimana saja, yang penting kamu nyaman.” Pinta Prie GS.
Selagi kami berbincang, Orion pun mulai menggambar.
“ Yang ini Radian. Orion dan Radian ini kakak adik.” Lanjut Pak Hasan.
“ Kamu bisa apa, Nak?” tanya Prie GS pada Radian.
Radian hanya tersenyum manis. Kemudian Pak Edy pun menunjukkan sebuah kertas HVS putih kepada Prie GS. Kertas itu berisi gambar kapal terbang karya Radian sendiri. Radian memang sangat suka menggambar kapal terbang. Di perjalanan, ketika kami melihat pesawat melintas dilangit Radian tampak senang dan gembira. Tiap kali melihat pesawat ia langsung bersemangat. Mungkin ia bercita-cita suatu saat nanti ia bisa naik kapal terbang.
“ Ya, baiklah. Nanti akan saya komentari hasil karyamu. Ini akan saya simpan dulu.” Kata Prie GS lalu melanjutkan perbincangan.
Setelah Orion selesai menggambar, Prie GS berbincang satu per satu dengan kami. Setelah itu kami pun berfoto bersama. Kemudian kami pulang dan bersalaman. Tetapi, kami tidak langsung pulang. Karena sudah hampir waktunya berbuka puasa kami singgah ke sebuah restoran disana. Kami memesan banyak menu makanan. Ketika masuk kami lalu mengambil gelas dan mengisinya dengan teh. Awalnya kami ingin es teh manis, namun hanya tinggal teh tawar. Mau tidak mau kami pun mengisi gelas kami dengan teh tawar. Lalu kami kembali ke tempat duduk masing-masing. Tinggal beberapa menit lagi waku buka puasa tiba. Aku dan Vina pun iseng memfoto Tiyo, Orion dan Radian. Hasil fotonya lucu dan tersimpan di HP ku. Namun, kami pun ketahuan hingga akhirnya Orion membalas memfoto kami. Akhirnya tiba saat berbuka puasa. Semua pelayan restoran tampak sibuk melayani para pengunjung. Kemudian kami berdoa bersama. Makanan kami pun tiba selagi kami menyeruput teh tawar dingin yang kami ambil tadi. Namanya saja tawar, jadi tak ada rasanya. Aku sampai tak mampu menghabiskannya dan tidak ingin meminumnya. Namun aku ingat, bagaimanapun juga itu adalah minuman yang tidak boleh dihina. Kita harus mensyukuri semua nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT. Belum kami makan, tibalah seorang pelayan membawa beberapa gelas teh dingin di nampannya menghampiri meja kami. Setelah semua mendapat satu per satu, langsung saja aku menyeruput es the milikku. Namun, rasanya agak masam. Aku dan Tiyo pun mulai bercanda.
“ Wah, jangan-jangan ini teh basi!” kata Tiyo padaku.
“ Bukan, mungkin ini teh fermentasi…” kataku.
Kami hanya bercanda. Sebenarnya itu adalah lemon tea. Jadi pantas saja jika rasanya agak masam seperti lemon. Lalu kami lanjut menikmati hidangan yang disajikan. Karena banyak, aku jadi bingung ambil yang mana.
“ Aku pilih yang mana ya? Ah, pilih yang ini, ini dan itu saja!” pikirku.
Lalu aku mengambil tumis kangkung, tahu goreng dan tahu jepang. Kami semua mulai melahap makanan masing-masing. Rasanya enak sekali apalagi jika dibayarkan. Selesai itu, kami mencuci tangan. Ada kejadian lucu saat itu yang dialami Tiyo dan Orion. Saat mereka ingin mencuci tangan di wastafle, yang keluar bukanlah air, malah pasir. Akhirnya mereka memutuskan intukmencuci tangan di kamar mandi. Sampai di kamar mandi mereka pun menunggu di depan pintu kamar yang tertutup itu. Mereka sudah lama menunggu namun orang yang ada didalam kamar mandi itu tak kunjung keluar juga. Datanglah seorang ibu menghampiri mereka.
“ Masuk saja, Nak! Tidak apa, ada banyak kok!” kata ibu itu.
Mereka pun jelas bingung bagaimana mereka akan masuk jika orang yang ada dalam kamar mandi itu tak keluar juga. Mereka pun memutuskan untuk masuk kedalam. Dan ternyata didalam ruang itu terdapat banyak kamar mandi. Sangat rugi mereka membuang-buang waktu berdiri didepan kamar mandi hingga mereka hampir tertinggal oleh kami. Sampai di parkiran mobil , mereka menceritakan kejadian itu padaku dan Vina. Kami pun tertawa bersama. Lalu kami bersalaman dengan Pak Hasan dan berterima kasih atas menu berbuka tadi. Kemudian kami masuk kedalam mobil dan melanjutkan perjalanan pulang. Sama seperti saat tiba di Semarang, jalanan masih dibanjiri oleh air. Namun kami berhasil melewati banjir itu. Diperjalanan kami asyik memutar lagu dangdut. Kami bernyanyi bersama, bercanda besama dan bercerita bersama. Lama-kelamaan aku dan Vina mulai lelah sehingga kami memutuskan untuk tidur. Tiyo dan Orion masih saja bernyanyi. Radian yang tadinya duduk dibelakang pindah kedepan duduk disampingku. Ia pun tertidur. Jadi, kami bertiga tidur. Mereka berdua yang duduk dibelakang lama-kelamaan mulai berhenti dan diam. Orion pun tertidur. Namun Tiyo belum tidur dan tak mengantuk juga. Ketika sampai di Kudus aku sempat terbangun karena Tiyo.
“ Yeee….sampai di Kudus!” teriak Tiyo.
Aku lalu membuka mataku dan bangun. Pundak kanan dan kiriku terasa pegal karena disandari oleh Vina dan Radian yang duduk disampingku. Aku takut membangunkan mereka karena mereka tampak tertidur pulas. Sampai di alun-alun simpang 7 Kudus kami berhenti dan parkir di komplek Taman Bojana dekat alun-alun. Pak Edy kemudian keluar mobil dan pergi. Entah kemana Pak Edy pergi. Vina dan Radian pun bangun.
“ Kita sampai mana?” tanya Vina sambil membuka matanya.
“ Sudah sampai di Kudus. Ini di Taman Bojana!” jawabku.
“ Lho! Pak Edy kemana? Pak Edy menghilang!” tanya Vina lagi padaku.
“ Nggak tau, tadi pergi keluar.” Jawabku pada Vina.
Akhirnya kami keluar dari mobil dan duduk di emperan ATM dibelakang mobil yang kami parkir.setelah lama menunggu Pak Edy tak kunjung kembali. Orion dan Tiyo sempat berpikir untuk mencari Pak Edy. Tiyo pun bertanya pada Pak Sopir.
“ Pak, Pak Edy kemana ya?” tanya Tiyo pada  Pak Sopir yang masih didalam mobil.
“ Nggak tau, katanya pergi sebentar.” Jawab Pak Sopir.
“ Kita cari Pak Edy yuk!” ajak Orion.
“ Aku takutnya kalau kita cari Pak Edy, nanti Pak Edy udah sampai sini terus gantian cari kita gimana?” seru Tiyo.
“ Iya juga sih!” jawabku, Vina dan Orion.
“ Duh, haus nih…beli minum yuk!” ajak Orion lagi.
“ Sama…aku juga haus. Beli yuk!” seru Vina.
Aku, Tiyo dan Radian pun ikut merasa haus.
“ Gini lho! Aku itu takut kalau Pak Edy datang terus bawa minuman buat kita. Kan mubazir…” jelas Tiyo.
“ Iya ya…” jawabku, Vina dan Orion lagi.
Karena lama menunggu akhirnya kami memutuskan untuk membeli minum didekat parkir mobil tadi. Kami pun membeli minuman botol di sebuah toko. Saat itu Vina ingin membayarkan minuman kmai semua. Namun, uang yang dibawa Vina masih kurang untuk membayarkan semua minuman kami.
“ Eh, uangnya kurang nih! Bentar ya aku ambil dulu di mobil…” ujar Vina lalu berlari menuju parkir mobil yang letaknya tidak terlalu jauh dari toko tersebut.
“ Eh Vina! Nggak usah, ini ada uangnya!” teriak Orion yang tak terdengar oleh Vina.
“ Ya udah biarin aja Vina. Nanti kalau dia kembali bilang aja minumannya udah dibayar kita!” ajak Orion yang ingin mengerjai Vina.
“ Haha… iya Kak, kita kerjain dia!” seru Tiyo.
Benar, Vina kembali dari parkiran mobil membawa uang yang tadi diambilnya.
“ Ini Kak, uangnya!” seru Vina.
“ Udah di bayar! Kamu telat!” jawab Orion.
“ Hah…terus ini gimana?” ujar Vina.
“ Udah, simpan lagi uangnya!” jawab Orion.
Kami kembali ke parkiran dan minum minuman kami masing-masing. Tak lama kemudian Pak Edy kembali sambil membawa beberapa plastik putih berisikan makanan dalam kotak. Kami semua masuk kedalam mobil dan melanjutkan perjalanan.
Kami diantarkan kerumah masing-masing. Karena rumahku dan rumah Tiyo berdekatan, kami pun berhenti didepan rumah Tiyo. Pak Edy membagikan kami satu per satu bungkusan plastik itu dan kami bawa pulang. Kami bersalaman dengan Pak Edy dan pulang kerumah masing-masing. Lalu Pak Edy melanjutkan mengantarkan Vina.
Sampai dirumah aku disambut oleh ibuku. Saat itu sudah jam 10 malam. Jadi, adik-adikku sudah tidur. Aku bersalaman dengan ibuku dan ibu bertanya apa isi bungkusan yang kubawa itu. Aku pun membuka isi bungkusan plastik itu. Ternyata isinya adalah martabak coklat. Itu adalah salah satu kue kesukaanku. Kami berdua pun mencicipinya. Dan rasanya pun enak. Lagi-lagi enak karena gratis tak usah bayar. Hari itu hari yang sangat menyenangkan. Bisa berbuka bersama dan bergembira dengan teman-teman Omah Dongeng Marwah. Pengalaman yang tak terlupakan bersama Omah Dongeng Marwah.
Terima kasih sudah membaca karangan di atas. Untuk perbaikan saya minta agar teman-teman dapat memberikan kritik dan saran. Sekian dan terima kasih. Sampai jumpa di artikel selanjutnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar